Robert Boyle berperan penting dalam proses perkembangan ilmu sebagaimana kita kenal sekarang, karena ia menekankan pentingnya eksperimen sebagai dasar penelitian ilmiah. Dia juga orang Kristen yang taat, yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan, baik dalam perannya sebagai ilmuwan maupun dalam kehidupan pribadinya.
Masa Mudanya
Robert Boyle lahir tanggal 25 Januari 1627, di Lismore Castle, County Waterford, Irlandia. Dia anak ke-14 dari Bangsawan Cork, salah seorang terkaya di Britania Raya. Meskipun sangat kaya, bangsawan ini adalah orang Kristen yang saleh, yang mengakui bahwa semua kekayaannya berasal dari Allah. "Tidak diragukan lagi, kesalehannya berperan penting dalam membentuk pikiran si anak yang kelak menjadi ahli kimia terkemuka pada abad tujuh belas."
Robert muda adalah seorang jenius. Dia sudah fasih berbahasa Yunani dan Latin ketika mulai belajar di Kolese Eton pada usia 8 tahun. Ketika berumur 12 tahun dia keliling Eropa bersama tutornya, untuk mempelajari karya-karya ilmuwan besar seperti Galileo. Sebagaimana dianjurkan oleh Francis Bacon, Galileo dengan bersemangat menganut pendekatan baru dalam ilmu, yakni metode eksperimen. Padahal sebagian besar ilmuwan zaman itu lebih mengandalkan pikiran para filsuf terkenal ketimbang melakukan eksperimen sebagai dasar gagasan mereka.
Sejak remaja, Robert telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan. Dia kembali ke rumah orang tuanya pada usia 18 tahun, sesudah ayahnya meninggal. Ayahnya mewariskan kekayaan cukup besar bagi Robert. Karena itu ia memunyai kebebasan keuangan untuk melanjutkan minatnya di bidang ilmu. Ia yakin bahwa ini adalah salah satu cara melayani Tuhan. Robert percaya bahwa "Melalui pengetahuan atas karya-Nya, kita akan mengenal Dia."
Mengikuti Pertemuan-Pertemuan Ilmiah
Tahun 1645, Boyle mulai menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan para ilmuwan pendukung pendekatan eksperimen untuk ilmu. Mereka mengakui perlunya pengamatan objektif dalam penelitian ilmiah. Pada mulanya pertemuan ini dikenal sebagai "Universitas Terselubung". Namun, Raja Charles II secara resmi mengakui kelompok ini tahun 1663. Ia memberikan piagam "Royal Society of London for
Improving Natural Knowledge" kepada para anggota kelompok tersebut. Atas saran Boyle, kelompok ini menetapkan motonya, "Tidak ada sesuatu yang semata-mata bersumber dari kewenangan". Soalnya, pada waktu itu terlalu sering penelitian ilmu terhambat oleh gagasan-gagasan yang tidak berdasarkan pengamatan.
Eksperimen dalam Ruang Hampa Udara
Bakat Boyle sebagai ahli eksperimen segera terlihat oleh anggota "Universitas Terselubung" lainnya. Tahun 1657, dengan bantuan asistennya yang brilian, Robert Hooke, dia menciptakan pompa udara jenis baru yang kemampuannya lebih baik. Dengan kehampaan yang ditimbulkan pompa udara ini, Boyle menemukan beberapa hasil penting. Dia membuktikan kebenaran pendapat Galileo bahwa semua benda (misalnya bulu dan lembaran timah) akan jatuh dengan kecepatan yang sama dalam ruang hampa udara karena tidak ada hambatan udara. Dia membuktikan bahwa bunyi tidak bisa ditransmisikan dalam ruang hampa udara.
Dia juga menunjukkan bahwa udara diperlukan untuk pernapasan dan pembakaran. Namun, daya tarik listrik tidak dipengaruhi oleh ketiadaan udara. Boyle juga merekayasa termometer yang lebih baik dengan menggunakan ruang hampa udara.
Gas
Menyadari dampak penting yang bisa diperoleh dari gas seperti udara, Boyle mulai bereksperimen dengan gas. Dengan menekan sejumlah gas tertentu sambil mempertahankan suhunya, dia menunjukkan bahwa ada perbandingan terbalik antara ruang yang berisi gas dan tekanan yang dikeluarkan oleh gas. Misalnya, jika volume tempatnya ditekan hingga separuh, tekanan yang dihasilkan oleh gas akan menjadi dua kali lipat. Inilah yang disebut Hukum Boyle.
Teori Partikel
Dari eksperimen gas yang dilakukan Boyle, diketahui bahwa gas terdiri atas partikel-partikel kecil (oleh Boyle disebut korpuskles) yang dipisahkan oleh ruang hampa. Jika ada tekanan, korpuskles bergerak saling mendekat. Boyle mengisyaratkan bahwa korpuskles terdiri atas partikel utama (yang sekarang kita sebut atom). Dalam "pernyataan teori atom pertama sejak zaman purba, gagasan Boyle tentang partikel utama yang membentuk korpuskles, merupakan antisipasi terhadap pandangan ahli kimia modern mengenai atom yang bergabung membentuk molekul." Boyle mengungkapkan gagasan-gagasannya dengan mengakui Allah sebagai Sang Pencipta. Dia berkata, "Kita bisa memahami bahwa pada mulanya Allah menciptakan benda partikel yang terlalu kecil untuk
bisa dilihat."
Boyle menolak teori empat unsur yang waktu itu sudah diterima secara luas, yang menyatakan bahwa semua zat terdiri atas tanah, udara, api, dan air. Sebagai gantinya, dia mengajukan teori bahwa zat tersusun atas unsur-nsur yang berbeda yang hanya bisa dikenali melalui eksperimen. Karya Boyle dalam ranah ini "merupakan pendahulu teori unsur kimia modern."
Alkimia Dan Kimia
Pada zaman Boyle, belum ada pembedaan yang jelas antara ilmu kimia yang sesunggguhnya dengan alkimia. Alkimia waktu itu masih melibatkan aspek-aspek kimia, astrologi, dan perdukunan. Tujuan utama ahli alkimia adalah menemukan cara untuk mengubah unsur dasar seperti besi menjadi emas. Banyak ahli alkimia memperoleh kekayaan dan gengsi melalui pertunjukan magis mereka. Dengan sengit mereka menentang Boyle, karena dia "mengubah alkimia menjadi kimia melalui tulisannya The Sceptical Chemist" yang diterbitkan tahun 1661. Penerbitan ini merupakan langkah berani karena waktu itu sebagian besar masyarakat masih percaya alkimia.
Sumbangan Lain
Tahun 1680, Boyle memisahkan unsur fosfor dari urine, dan menganggapnya sebagai temuan baru. Tatkala ia melaporkan temuannya itu, ia baru tahu kalau ilmuwan lain telah menemukan hal yang sama hampir lima tahun sebelumnya tapi merahasiakannya. Tapi, meskipun bukan penemu fosfor, Boyle menemukan banyak sifat fosfor, dan mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang merekacipta korek api.
Boyle juga berperan penting memajukan meteorologi. Dia mengukur kepekatan udara dan menemukan bahwa berat benda berubah sesuai dengan perubahan tekanan udara (yaitu apabila gaya-timbul udara berubah). Dia juga menunjukkan bahwa volume air bertambah jika membeku. Boyle membedakan antara campuran dan senyawa menurut sifat-sifat kimianya.
Dia juga ilmuwan pertama yang membedakan zat asam, basa, dan netral dengan melihat perubahan warna yang terjadi jika zat-zat tersebut dicampur dengan zat lain. Dia memperkenalkan penggunaan sari tumbuhan seperti litmus untuk hal ini. Ilmuwan modern sekarang masih menggunakan asas ini, yakni dengan memakai zat kimia lain sebagai indikator asam-basa.
Sumbangan Terbesar Bagi Ilmu
Boyle menghasilkan banyak temuan berharga dalam ilmu kimia dan fisika. Dengan kejituan eksperimennya, dia menguji kembali dan memperbaiki karya-karya orang lain. Bahkan sering karya orang lain itu menjadi kurang penting karena peranan Boyle dalam proses penemuannya. Sumbangannya yang terbesar kepada ilmu adalah membantu mengalihkan pemikiran ilmiah dari pendekatan argumentasi intelektual ke pendekatari eksperimental, yang menjadi dasar ilmu modern.
Pelaporan Hasil Secara Efisien
Boyle juga dengan gencar mendorong agar setiap penemuan ilmiah dilaporkan secara cepat dan disebarluaskan. Dengan demikian ilmuwan-ilmuwan lain bisa memastikan dan memperluas temuan itu. (Sewaktu meneliti fosfor, Boyle sempat frustrasi ketika membuang-buang waktu mengikuti jalan buntu yang sebenarnya sudah diketahui ilmuwan lain. Sebaliknya, memastikan apa yang sudah ditemukan orang lain membutuhkan proses yang relatif cepat.) Sekarang, pelaporan hasil sudah menjadi bagian integral dari ilmu modern.
Penggunaan metode eksperimen dan pelaporan basil merupakan dua transformasi besar dalam ilmu, namun hal ini baru diterapkan sepenuhnya bertahun-tahun kemudian. Untuk sumbangan besarnya dalam proses transformasi itu, terutama dalam ilmu kimia, Boyle dianggap sebagai salah seorang pelopor ilmu kimia modern.
Kesesuaian Antara Kekristenan Dan Ilmu
Robert Boyle tidak melihat pertentangan antara karya ilmiahnya dan iman kristianinya. "Dia terutama ingin menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak hanya bisa dirukunkan sebab, dalam kenyataannya, keduanya justru sangat berkaitan erat." Tahun 1690, dia menulis "The Christian Virtuoso" untuk menunjukkan bahwa mempelajari alam merupakan tugas keagamaan yang penting. Tulisannya mengenai agama, termasuk renungan-renungan diterbitkan tahun 1655 dengan judul "Occasional Reflections." Penulis biografi Boyle, J.H. Tiner menulis bahwa dalam setiap renungan tersebut, "Robert selalu menggambarkan suatu pengamatan sederhana mengenai alam dan memakainya untuk menjelaskan kebenaran Kristen."
Penyebaran Alkitab
Boyle membaca Alkitab setiap hari, bahkan ketika ia sulit membaca karena mata dan kesehatannya terganggu. Dia mengakui Alkitab sebagai firman Allah yang benar, dan "sangat tidak toleran terhadap para pendeta yang menjadikan kebenaran Alkitab sebagai kiasan belaka dan tidak menerimanya sebagaimana adanya." Dia belajar bahasa Ibrani dan Aram agar dapat mengkaji Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya.
Boyle memiliki iman yang kuat dalam Yesus Kristus sebagai Juru Selamatnya dan Tuhannya. Dia menulis bahwa kesengsaraan Yesus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke surga, dan semua karya-Nya yang ajaib selama Dia di dunia, adalah untuk menguatkan keyakinan umat manusia bahwa Dia adalah Allah sekaligus manusia.
Boyle memiliki keinginan besar untuk memberitakan kebenaran Allah. Dia menjadi pemimpin sebuah organisasi misionaris untuk pemberitaan Injil di New England. Dia juga mendukung usaha-usaha misionaris di India, Skotlandia, dan Wales. Dengan uangnya sendiri, dia membiayai penyebaran dan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Irlandia. Dia juga membiayai penerjemahan dan penyebaran Kitab-kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Turki dan Arab.
Watak Kristiani
Boyle lembut dan suka damai. Ia tidak pernah membalas kecaman-kecaman yang tidak wajar dari para lawannya, misalnya para ahli alkimia. Berbeda dari kebanyakan orang yang lahir dalam keluarga ningrat, Boyle menolak gaya hidup egois yang sering dianut para hartawan pemalas. Dia penuh belas kasihan, banyak menyumbang untuk orang miskin dan korban bencana alam. Dia dikenal rendah hati, yang sering menolak gelar dan kehormatan duniawi. Dia menolak jabatan presiden Royal Society dan berulang kali menolak gelar kebangsawanan. Karena sifatnya yang sangat kristiani dan perhatiannya terhadap penyebaran Kitab Suci ke luar negeri, dia pernah ditawari jabatan tinggi dalam gereja, tapi itu juga ditolaknya. Dia yakin bahwa kesaksiannya mengenai kesesuaian antara kekristenan dan ilmu pengetahuan akan lebih efektif jika ia tetap sebagai awam dan ilmuwan.
Robert Boyle tidak menikah. Dia meninggal di London tanggal 30 Desember 1691. Dalam wasiatnya, dia menyediakan dana untuk penyelenggaraan serangkaian ceramah. "Ceramah Boyle" ini tidak mengenai hal-hal ilmiah, tujuannya adalah membela kekristenan. Dengan demikian, Boyle terus melanjutkan penyampaian pesannya mengenai kesesuaian antara ilmu pengetahuan dan kekristenan, biarpun dia sudah meninggal dunia. Ceramah-ceramah itu masih diadakan hingga hari ini.
Pustaka Acuan
1. E.L. Williams dan G. Mulfinger, Physical Science for Christian Schools, Bob Jones University Press, Greenville (South Carolina), 1974, hlm 127.
2. Robert Boyle dikutip dalam: J.H. Tiner, Robert Boyle -- T ailblazer of Science, Mott Media, Milford (Michigan) 1989, hlm 179.
3. A. Feldman dan P. Ford, Scientists and Inventors, Bloomsbury, London, 1989, hlm 41.
4. Boyle dikutip dalam Tiner (Acuan 2), hlm 179.
5. Encyclopaedia Britannica, edisi ke-15, 1992, jld 2, hlm 447.
6. I. Asimov, Biographical Encyclopedia of Science and Technology: The Lives and Achievements of More Than 1000 Great Scientists from Ancient Greece to the Space Age, edisi ke 2, Doubleday & Co. Inc., Garden City (New York), 1982, hlm 136.
7. McGraw-Hill Encyclopedia of World Biography, McGraw-Hill, New York, 1973, jld 2, hlm 125.
8. 'finer (Acuan 2), him 96.
9. Williams dan Mulfinger (Acuan 1), hlm 127.
10. Boyle dikutip dalam: L.T. More, The Life and Works of the Honourable Robert Boyle, Oxford University Press, Oxford, 1944, hlm 171.
11. Asimov (Acuan 6), hlm 136.
Diambil dari:
Judul artikel : Robert Boyle (1627 - 1691)
Judul buku asli: 21 Great Scientists Who Believed the Bible
Judul buku :Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi
Penulis: Ann Lamont
Penerjemah:Lillian D. Tedjasudhana
Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF (YKBK), Jakarta
Halaman:31 -- 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar