Johann Heinrich Bullinger adalah murid, sahabat, dan pengganti Zwingli dalam usaha pembaharuan gereja di Zurich, Swiss. Ia adalah seorang yang bijaksana, sabar, tabah, dan mengerti keadaan orang lain. Di bawah pimpinannya, pembaharuan gereja yang telah dimulai Zwingli di Zurich berlangsung sebagaimana yang diharapkan.
Johann adalah anak ke-5 dari Heinrich Bullinger, seorang pendeta yang menikah di Bremgarten. Ibunya bernama Anna Widerkehr. Ia dilahirkan 18 Juli 1504 di Bremgarten, dekat Zurich, Swiss.
Ayahnya ingin dia menjadi seorang sarjana yang baik. Oleh karena itu, Johann dikirim untuk belajar di sebuah sekolah di Emmerich. Setelah itu Bullinger belajar lagi pada Kolese Bursa Montis di Cologne, pada tahun 1519. Di sana ia mendalami Teologi Skolastik sambil mempelajari Perjanjian Baru dan Patristik secara otodidak. Studi tersebut, ditambah dengan membaca tulisan-tulisan Luther serta karangan Melanchthon, "Loci Communies", mengantarkannya kepada rasa tertarik kepada gerakan reformasi.
Pada tahun 1520 ia meraih gelar sarjana muda dan 2 tahun berikutnya Bullinger menjadi sarjana. Ia terus belajar di Bremgarten hingga ia diundang untuk memberikan kuliah di biara Cistersian di Kappel mengenai Melanchthon. Kepala biaranya, Wolfgang Joner cenderung kepada pembaharuan gereja. Pada tahun 1527, untuk pertama kalinya, Bullinger mendengar tentang Zwingli dan kemudian tahun 1528 ia menemani Wolfgang Joner dalam perdebatan di Bern. Pada tahun 1528 Bullinger menjadi pendeta di Hausen dan pada tahun berikutnya berpindah ke Bremgarten.
Pada tahun 1529 pula Bullinger menyatakan diri beralih ke reformasi. Peralihan tersebut dikukuhkannya dengan akta pernikahannya dengan seorang mantan biarawati yang bernama Anna Adlischweiler. Dari pernikahan ini mereka memperoleh sebelas anak.
Sesudah kerusuhan di Kappel berakhir maka Bullinger pindah [dari Bremgarten] ke Zurich. Dewan kota secara aklamasi memilihnya sebagai pendeta di Grossmünster pada tanggal 9 Desember 1531. Di sini ia memikul tugas yang berat sekali. Waktunya banyak disita untuk berkhotbah dan menampung para pelarian utusan Injil yang dikejar oleh pemerintah Perancis, yang tidak menyukai pembaharuan gereja. Ia meminta kepada raja Perancis untuk melindungi kaum Huguenot di Perancis dan golongan Waldensian.
Bullinger menulis banyak tulisan seperti: "Lima Puluh Khotbah tentang Ajaran Kristen" dan "Mengenai Kesempurnaan Kristen" yang dipersembahkannya untuk Hendrik II, raja Perancis. Selain itu ia juga menulis "Sejarah Reformasi hingga 1535" yang menjadi sumber utama bagi penulisan sejarah gereja modern. Karyanya yang monumental adalah "Confessio Helvetica prior" (Pengakuan Iman Helvetia I), pada tahun 1536, yang diterima oleh gereja-gereja di Swiss dan Jerman. Demikian juga dengan "Confessio Helvetica posterior" (Pengakuan Iman Helvetia II) adalah buah karyanya yang kemudian, setelah diubah di sana-sini, pada tahun 1566 diterima oleh gereja-gereja reformasi di Swiss, Skotlandia, Polandia, dan Hongaria.
Pekerjaan pembaharuan gereja itu sangat melelahkannya. Baginya tidak ada waktu untuk beristirahat dengan baik. Itulah sebabnya kesehatannya selalu terganggu. Dalam sebuah suratnya kepada seorang temannya, ia mengungkapkan kesibukannya sebagai berikut: "Saya sangat tenggelam di dalam kesibukan raksasa dan merasa sangat lelah sehingga saya meminta kepada Tuhan Allah untuk memberikan kepadaku suatu istirahat, jikalau hal itu tidak berlawanan dengan kehendak- Nya." Bullinger meninggal dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya dan anak-anaknya, pada tanggal 17 September 1575.
Pandangan teologis Bullinger dalam hal-hal tertentu lebih mendalam daripada Zwingli. Mengenai Perjamuan Kudus, Bullinger berpendapat bahwa kita harus meyakini suatu misteri dalam Perjamuan Kudus. Roti yang digunakan bukanlah roti biasa melainkan roti yang mulia, suci, roti sakramental, jaminan rohani kehadiran yang sungguh dari Kristus bagi orang percaya. Dalam Perjamuan Kudus, tubuh Kristus yang ada di surga itu dilihat oleh mata jiwa orang percaya. Sebagaimana matahari ada di langit, namun sebenarnya hadir di bumi dengan terang dan kehangatan panasnya, demikian juga Kristus yang duduk di surga hadir dalam Perjamuan Kudus, begitulah perumpamaan Bullinger.
Dalam sikapnya mengenai hubungan gereja dengan negara, ia lebih keras daripada Zwingli. Ia tidak menghendaki campur tangan negara dalam urusan-urusan gerejawi. Demikianlah Bullinger tidak mau memakai tangan negara untuk membawa orang kepada gerakan reformasi.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja |
Judul artikel | : | Bullinger, Johann Heinrich |
Penulis | : | Drs. F.D. Wellem, M.Th. |
Penerbit | : | PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999 |
Halaman | : | 57 -- 59 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar